MUBA – Api kembali membakar wilayah pengeboran minyak ilegal di area HGU PT Hindoli, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin. Insiden yang terjadi pada Kamis sore (3/4/2025) pukul 15.00 WIB itu menambah deretan panjang tragedi akibat aktivitas illegal drilling yang diduga dibiarkan berlangsung tanpa penindakan tegas.
Kebakaran demi kebakaran terus berulang, tapi aparat penegak hukum di wilayah itu seolah kehilangan taring. Padahal, aktivitas pengeboran minyak ilegal jelas-jelas melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, serta membahayakan keselamatan warga dan mencemari lingkungan.
Yang mencengangkan, belum satu pun pelaku utama ditangkap. Bahkan, seolah ada pembiaran yang disengaja. Masyarakat pun mulai bertanya: ada apa dengan Polsek Keluang? Siapa yang dilindungi?
Narasi ini diperkuat oleh beberapa sumber yang menyatakan bahwa praktik pengeboran ilegal di lokasi tersebut sudah berlangsung lama dan melibatkan banyak pihak. “Yang ditangkap paling-paling cuma kuli angkut minyak. Bos besar di belakang layar tetap aman. Ini yang bikin kami muak,” ujar salah satu narasumber.
Dugaan makin tajam ketika Kapolsek Keluang, IPTU Alvin Adam Armita Asihaan, tidak memberikan tanggapan saat dikonfirmasi media. Sementara Kanit Reskrim Polsek Keluang, IPTU Dohan Yoanda Prima, hanya menjawab singkat, “Sudah dicek, tapi tidak ketemu. Masih lidik.”
Lidik? Sudah berapa kali sumur terbakar? Berapa kali warga terancam? Sampai kapan aparat hanya ‘menyelidiki’ tanpa hasil?
Masyarakat kini mendesak Kapolri, Kapolda Sumsel, dan Kapolres Muba yang baru agar tidak ikut bermain mata. Jika tidak ada tindakan tegas, maka publik akan makin percaya bahwa aparat tidak hanya gagal menegakkan hukum — tapi juga menjadi bagian dari persoalan.
Jika hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, maka kebakaran bukan satu-satunya hal yang akan meledak. Kepercayaan publik juga akan ikut terbakar.
TIM
About The Author
